Rabu, 16 November 2011

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Satuan pendidikan penyelenggara

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilaksanakan atas dasar kebanyakan orang tua merasa tidak mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya.  Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial anak. Tumbuh kembang ini berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik dan tidak terdeteksi secara nyata akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.

Penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis masyarakat (community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya, serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan perlakuan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga miskin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinnya rangsangan intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua.
Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu:
 (1) menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas,
 (2) meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat,
 (3) menolong para orang tua dan anak-anak diakses pada tanggal 20 Februari 2011).
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.  Hal ini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Berikut ini beberapa tokoh yang mengemukakan teori tentang pentingnya landasan pendidikan bagi anak usia dini.
  1. Wittrock (Clark, 1983) mengemukakan bahwa ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.
  2. Marthin Luther
Tujuan landasan adanya pendidikan menurut Mathin Luther adalah mengajarkan agama. Keluarga merupakan sentra utama dalam menghadapi pendidikan anak.
  1. Jean Jacques Rousseau
Menurut Rousseau, Tuhan menciptakan segalanya dengan baik. Adanya campur tangan manusia menjadikannya jahat. Pendidikan menurutnya harus kembali ke alam, dan dia berpendapat bahwa pendidikan bersifat alamiah.
  1. Frederich Wilhelm Frobel
Frobel merupakan Bapak PAUD sebab Frobel adalah pencipta Kindergarten. Ia mengaitkan pendidikan dengan hubungan individu, Tuhan, dan alam. Bermain merupakan metode pendidikan anak dalam meniru kehidupan orang dewasa secara wajar.
  1. John Dewey
Teori Dewey yang terkenal adalah progresivisme, yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajaran sendiri. Dia mengatakan bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.
  1. Benjamin Bloom
Bloom mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu tertentu. Ia menghasilkan taksonomi Bloom. Kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil dari pendidikan pada anak usia dini.
  1. Jean Piaget (1972) dalam Padmonodewo (2003: 23) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.”
  2. Lev Vigostsky meyakini bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya.
  3. Howard Gardner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko matematik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musik.
Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.
PILAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Kebijakan pelaksanaan pendidikan bagi anak usia dini didasarkan pada tiga pilar kebijakan yaitu (1) Perluasan dan pemerataan layanan PAUD kepada semua anak, (2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan (3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. (Hadiati, Lita.2010)
Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak dapat dilakukan dengan cara memberdayakan semua potensi yang ada di masyarakat melalui kerjasama kemitraan, merintis model-model PAUD atau Rintisan PAUD yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah, mendorong partisipasi masyarakat melalui berbagai sosialisasi, lomba jurnalistik di bidang PAUD, dan pemilihan PAUD inovatif, memberikan stimulasi dengan berbagai dukungan kelembagaan (block grant) serta melalui program pendidikan dan pengembangan PAUD.
Peningkatan mutu, relevansi, daya saing dapat dilakukan dengan cara mengembangkan mutu pembelajaran generic yang merupakan acuan yang menyangkut pengembangan kurikulum khususnya materi bahan ajar, model-model pembelajaran dan penilaian, pengembangan rujukan PAUD dengan melakukan kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi.
Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik dapat dilakukan dengan melaksanakan orientasi teknis kepada Pembina dan pengelola PAUD daerah dan magang bagi pendidik atau pengelola PAUD, berbagai workshop untuk pengembangan metode dan teknik pembelajaran PAUD, penyempurnaan acuan-acuan atau pedoman teknis.
RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Pendidikan anak usia dini memiliki standar kompetensi yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini. Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: a) Moral dan nilai-nilai agama, b) Sosial, emosional, dan kemandirian, c) Bahasa, d) Kognitif, e) Fisik/Motorik, dan f) Seni.
 Ruang Lingkup Materi Pembelajaran PAUD
Pembelajaran pada anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu sebagai berikut.

Materi Usia Lahir sampai 3 Tahun
Pengembangan materi pembelajaran untuk usia lahir sampai 3 athun meliputi (1) Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri), (2) Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi), (3)  Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial), (4) Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik), (5) Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa), (6) Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)
 Materi untuk Anak Usia 3 Tahun ke Atas
            Pengembangan materi untuk anak usia 3 tahun ke atas meliputi:
1) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
2) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
3) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
4) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
5) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
6) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
7) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, Sentra Seni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.



Lingkungan Anak Usia Dini
Ekologi adalah suatu studi tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana hasilnya atau konsekuensi dari interaksi tersebut. Dengan berkembangnya lingkungan maka berkembang pula minat seseorang. Bronfer Brenner (1979) dalam Patmonodewo (2003: 45) melalui teori sistem ekologinya mampu menjelaskan perkembangan anak yang dihubungkan pada interakasi anak dengan lingkungannya secara terus menerus dan saling mempengaruhi satu sama lain secara transaksional.
Lingkungan anak usia dini mengandung lingkungan ekologi yang berorientasi pada :
  1. Lingkungan fisik, yang terdiri dari objek, materi, dan ruang. Lingkungan fisik yang berbeda akan mempengaruhi anak.
  2. Lingkungan yang bersifat aktivitas, terdiri atas kegiatan, bermain, kebiasaan sehari-hari, dan upacara keagamaan.
  3. Berbagai orang yang ada di sekitar anak dapat dibedakan dalam usia, jenis kelamin, pekerjaan, status kesehatan, dan tingkat pendidikan.
  4. Sistem nilai, sikap, dan norma. Ekologi anak akan lebih baik apabila anak diasuh dalam lingkungan yang menanamkan disiplin yang konsisten.
  5. Komunikasi antaranak dan orang tua di sekelilingnya akan menentukan perkembangan social anak.
  6. Hubungan yang hangat dan anak merasa kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungannya akan menghasilkan perkembangan kepribadian yang lebih baik.






Ruang Lingkup Pengembangan Berbagai Aspek dalam PAUD
            Ruang lingkup pengembangan berbagai aspek dalam PAUD meliputi moral dan keagamaan, fisik atau motorik, bahasa, kognitif, sosio-emosional, dan seni.
Moral dan Nilai Keagamaan
Carol Seefeldt, dkk. (2008) menyebutkan bahwa perkembangan keagamaan meliputi pembiasaan perilaku positif, kemandirian, dan disiplin. Nilai moral sangat dibutuhkan agar anak dapat membedakan hal yang baik dan buruk.

Fisik/Motorik
Perkembangan motorik anak memang berbeda sesduai dengan usianya. Pendidik harus bisa membedakan antara motorik kasar dan halus sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan usianya. Anak dibawah lima tahun dapaat dirangsang dengan permainan yang edukatif. Misalnya: permainan bola tali yang akan merangsang refleks tangannya.
Bahasa
Dengan mengetahui perkembangan bahasa anak maka dapat diketahui cara menghadapi anak dalam hal berkomunikasi. Jika ada anak yang perkembangan bahasanya lambat maka bisa dirangsang dengan berbagai cara.
Kognitif
Perkembangan kognitif anak mengacu pada perkembangan kecerdasaan anak. Piaget dalam Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca (2009) menyebutkan bahwa perkembangn kognitif anak dibagi dalam empat periode, yaitu periode sensorimotor, periode praoperasional,periode operasional konkret, dan periode operasional formal.
Sosio-emosional
Perkembangan ini meliputi perkembangan perasaan dan emosi serta pengembangan kemampuan sosial. Anak yang perkembangan sosio-emosinya baik maka akan meningkatkan kepekaan terhadap kehidupan bermasyarakat. Dengan ini anak diharapkan dapat memperoleh kecerdasan intrapersonal, interpersonal, dan naturalistik.

Seni
pengembangan seni dapat dituangkan dalam seni musik, tari, gambar, dan keterampilan kerajinan tangan. Dengan demikian anak diharapkan dapat memiliki kecerdasan musikal dan visual spatial.

KESIMPULAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilaksanakan atas dasar kebanyakan orang tua merasa tidak mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. PAUD juga didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya, serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Hal ini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Kebijakan pelaksanaan pendidikan bagi anak usia dini didasarkan pada tiga pilar kebijakan yaitu (1) Perluasan dan pemerataan layanan PAUD kepada semua anak, (2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan (3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Ruang lingkup PAUD meliputi tiga aspek yaitu, materi pembelajaran PAUD, lingkungan anak usia dini, dan pengembangan aspek-aspek dalam PAUD (moral dan keagamaan, motorik, bahasa, kognitif, sosio-emosional, dan seni).



Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Satuan pendidikan penyelenggara

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilaksanakan atas dasar kebanyakan orang tua merasa tidak mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya.  Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial anak. Tumbuh kembang ini berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik dan tidak terdeteksi secara nyata akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.

Penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis masyarakat (community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya, serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan perlakuan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga miskin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinnya rangsangan intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua.
Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu:
 (1) menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas,
 (2) meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat,
 (3) menolong para orang tua dan anak-anak diakses pada tanggal 20 Februari 2011).
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.  Hal ini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Berikut ini beberapa tokoh yang mengemukakan teori tentang pentingnya landasan pendidikan bagi anak usia dini.
  1. Wittrock (Clark, 1983) mengemukakan bahwa ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.
  2. Marthin Luther
Tujuan landasan adanya pendidikan menurut Mathin Luther adalah mengajarkan agama. Keluarga merupakan sentra utama dalam menghadapi pendidikan anak.
  1. Jean Jacques Rousseau
Menurut Rousseau, Tuhan menciptakan segalanya dengan baik. Adanya campur tangan manusia menjadikannya jahat. Pendidikan menurutnya harus kembali ke alam, dan dia berpendapat bahwa pendidikan bersifat alamiah.
  1. Frederich Wilhelm Frobel
Frobel merupakan Bapak PAUD sebab Frobel adalah pencipta Kindergarten. Ia mengaitkan pendidikan dengan hubungan individu, Tuhan, dan alam. Bermain merupakan metode pendidikan anak dalam meniru kehidupan orang dewasa secara wajar.
  1. John Dewey
Teori Dewey yang terkenal adalah progresivisme, yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajaran sendiri. Dia mengatakan bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.
  1. Benjamin Bloom
Bloom mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu tertentu. Ia menghasilkan taksonomi Bloom. Kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil dari pendidikan pada anak usia dini.
  1. Jean Piaget (1972) dalam Padmonodewo (2003: 23) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.”
  2. Lev Vigostsky meyakini bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya.
  3. Howard Gardner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko matematik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musik.
Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.
PILAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Kebijakan pelaksanaan pendidikan bagi anak usia dini didasarkan pada tiga pilar kebijakan yaitu (1) Perluasan dan pemerataan layanan PAUD kepada semua anak, (2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan (3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. (Hadiati, Lita.2010)
Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak dapat dilakukan dengan cara memberdayakan semua potensi yang ada di masyarakat melalui kerjasama kemitraan, merintis model-model PAUD atau Rintisan PAUD yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah, mendorong partisipasi masyarakat melalui berbagai sosialisasi, lomba jurnalistik di bidang PAUD, dan pemilihan PAUD inovatif, memberikan stimulasi dengan berbagai dukungan kelembagaan (block grant) serta melalui program pendidikan dan pengembangan PAUD.
Peningkatan mutu, relevansi, daya saing dapat dilakukan dengan cara mengembangkan mutu pembelajaran generic yang merupakan acuan yang menyangkut pengembangan kurikulum khususnya materi bahan ajar, model-model pembelajaran dan penilaian, pengembangan rujukan PAUD dengan melakukan kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi.
Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik dapat dilakukan dengan melaksanakan orientasi teknis kepada Pembina dan pengelola PAUD daerah dan magang bagi pendidik atau pengelola PAUD, berbagai workshop untuk pengembangan metode dan teknik pembelajaran PAUD, penyempurnaan acuan-acuan atau pedoman teknis.
RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Pendidikan anak usia dini memiliki standar kompetensi yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini. Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: a) Moral dan nilai-nilai agama, b) Sosial, emosional, dan kemandirian, c) Bahasa, d) Kognitif, e) Fisik/Motorik, dan f) Seni.
 Ruang Lingkup Materi Pembelajaran PAUD
Pembelajaran pada anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu sebagai berikut.

Materi Usia Lahir sampai 3 Tahun
Pengembangan materi pembelajaran untuk usia lahir sampai 3 athun meliputi (1) Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri), (2) Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi), (3)  Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial), (4) Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik), (5) Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa), (6) Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)
 Materi untuk Anak Usia 3 Tahun ke Atas
            Pengembangan materi untuk anak usia 3 tahun ke atas meliputi:
1) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
2) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
3) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
4) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
5) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
6) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
7) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, Sentra Seni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.



Lingkungan Anak Usia Dini
Ekologi adalah suatu studi tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana hasilnya atau konsekuensi dari interaksi tersebut. Dengan berkembangnya lingkungan maka berkembang pula minat seseorang. Bronfer Brenner (1979) dalam Patmonodewo (2003: 45) melalui teori sistem ekologinya mampu menjelaskan perkembangan anak yang dihubungkan pada interakasi anak dengan lingkungannya secara terus menerus dan saling mempengaruhi satu sama lain secara transaksional.
Lingkungan anak usia dini mengandung lingkungan ekologi yang berorientasi pada :
  1. Lingkungan fisik, yang terdiri dari objek, materi, dan ruang. Lingkungan fisik yang berbeda akan mempengaruhi anak.
  2. Lingkungan yang bersifat aktivitas, terdiri atas kegiatan, bermain, kebiasaan sehari-hari, dan upacara keagamaan.
  3. Berbagai orang yang ada di sekitar anak dapat dibedakan dalam usia, jenis kelamin, pekerjaan, status kesehatan, dan tingkat pendidikan.
  4. Sistem nilai, sikap, dan norma. Ekologi anak akan lebih baik apabila anak diasuh dalam lingkungan yang menanamkan disiplin yang konsisten.
  5. Komunikasi antaranak dan orang tua di sekelilingnya akan menentukan perkembangan social anak.
  6. Hubungan yang hangat dan anak merasa kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungannya akan menghasilkan perkembangan kepribadian yang lebih baik.






Ruang Lingkup Pengembangan Berbagai Aspek dalam PAUD
            Ruang lingkup pengembangan berbagai aspek dalam PAUD meliputi moral dan keagamaan, fisik atau motorik, bahasa, kognitif, sosio-emosional, dan seni.
Moral dan Nilai Keagamaan
Carol Seefeldt, dkk. (2008) menyebutkan bahwa perkembangan keagamaan meliputi pembiasaan perilaku positif, kemandirian, dan disiplin. Nilai moral sangat dibutuhkan agar anak dapat membedakan hal yang baik dan buruk.

Fisik/Motorik
Perkembangan motorik anak memang berbeda sesduai dengan usianya. Pendidik harus bisa membedakan antara motorik kasar dan halus sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan usianya. Anak dibawah lima tahun dapaat dirangsang dengan permainan yang edukatif. Misalnya: permainan bola tali yang akan merangsang refleks tangannya.
Bahasa
Dengan mengetahui perkembangan bahasa anak maka dapat diketahui cara menghadapi anak dalam hal berkomunikasi. Jika ada anak yang perkembangan bahasanya lambat maka bisa dirangsang dengan berbagai cara.
Kognitif
Perkembangan kognitif anak mengacu pada perkembangan kecerdasaan anak. Piaget dalam Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca (2009) menyebutkan bahwa perkembangn kognitif anak dibagi dalam empat periode, yaitu periode sensorimotor, periode praoperasional,periode operasional konkret, dan periode operasional formal.
Sosio-emosional
Perkembangan ini meliputi perkembangan perasaan dan emosi serta pengembangan kemampuan sosial. Anak yang perkembangan sosio-emosinya baik maka akan meningkatkan kepekaan terhadap kehidupan bermasyarakat. Dengan ini anak diharapkan dapat memperoleh kecerdasan intrapersonal, interpersonal, dan naturalistik.

Seni
pengembangan seni dapat dituangkan dalam seni musik, tari, gambar, dan keterampilan kerajinan tangan. Dengan demikian anak diharapkan dapat memiliki kecerdasan musikal dan visual spatial.

KESIMPULAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilaksanakan atas dasar kebanyakan orang tua merasa tidak mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. PAUD juga didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya, serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Hal ini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Kebijakan pelaksanaan pendidikan bagi anak usia dini didasarkan pada tiga pilar kebijakan yaitu (1) Perluasan dan pemerataan layanan PAUD kepada semua anak, (2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan (3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Ruang lingkup PAUD meliputi tiga aspek yaitu, materi pembelajaran PAUD, lingkungan anak usia dini, dan pengembangan aspek-aspek dalam PAUD (moral dan keagamaan, motorik, bahasa, kognitif, sosio-emosional, dan seni).